Followers

Thursday, November 20, 2008

P3ngam3n

hari ini saya sedang menggunakan fasilitas umum, alias bis umum.
Seperti biasalah, ada pengamen, tapi karena bis umum yang saya gunakan mempunyai jarak tempuh 30 menitan lah. So kalian bisa tahu dong bagaimana lamanya orang itu akan bernyanyi menghibur penumpang.
Saya memang tertidur ayam, alias tidur tapi tetap mendengar sang pengamen menghibur .
Saat tibanya turun, saya secara tidak sengaja berpapasan dengan sang pengamen.
Saya pun menyapanya sambil bertanya apakah dia hendak kembali lagi, dan ternyata dia memang kembali lagi.
Pengamen itu sudah mengamen sejak SMP kelas 2 hingga saat ini dia sudah berumur 18 tahun dan seperti kita tahu dia masih mengamen. Ia masih bersekolah kelas 1 SMU, dan dia menyadari pentingnya dari sekolah oleh karena itu dia tetap mengamen untuk membiayai sekolahnya.
Saat itu saya tersadar betapa sulit pengamen itu harus berjuang untuk bisa tetap meraih ilmu dengan mengamen.
Kita sering kali membuang uang untuk membeli barang dengan jumlah besar demi status dan gengsi, sementara banyak orang yang kesusah untuk kelangsungan hidup mereka baik itu pemenuhan akan ‘kampung tengah’ alias pangan, sandang dan papan.
Saya berpikir apakah ada yang bisa kita lakukan dengan memberikan sedikit dari pendapatan kita untuk orang lain sehingga orang lain bisa turut bahagia dalam hidupnya.
Menolong, membantu orang lain tanpa pamrih.
Jika bangsa ini adalah bangsa yang besar, besar dengan kebesaran hatinya, mau menolong, memikirkan kepentingan orang lain..
Mungkin krisis negara ini akan lebih cepat berlalu bukan berlarut-larut…
Apakh perlu mengganti sistim negara ini?
Sudah pasti tidak, bukan sistim yang salah tetapi cara pandang orang-orangnya yang harus dirubah. Itu saja.
Belajar perduli, itu kuncinya. Coba hilangkan keegoisan diri.
Gampang kah? Tidak mudah karena kita harus melawan diri kita sendiri.
Kita tidak melawan orang lain tetapi kita melawan diri kita sendiri, ego kita.
Jadi? apakah kita mau memberi?
Pilihan itu ada pada kita masing-masing… pikirkanlah hal itu

No comments: